Jumat, 16 Januari 2009

PRT …….. oh ……. PRT

(tulisan ini ditulis diakhir desember, tapi baru sempat diposting)
Setelah sekian lama tidak menulis di blog ku ini, akhirnya ada juga kesempatan.
Pembantu rumah tangga (PRT) identik dengan pendidikan rendah, kampungan, bodoh, dan selalu diperintah oleh majikan. Stereotip tentang pembantu ini menjadikan profesi PRT sebagai profesi rendahan yang tidak bermutu. Padahal sebagian besar orang-orang juga menyadari bahwa peran mereka sangat membantu kelancaran pekerjaan rumah tangga, bahkan salah satu pendukung bagi kaum wanita yang ingin berkarir diluar rumah. Seperti pengalaman yang saya alami ini.
Memang sudah satu bulan lebih ini dirumah tidak ada pembantu rumah tangga (PRT). Alhasil semua pekerjaan harus kutangani sendiri, mulai dari menyapu, mengepel, memasak, cuci pakaian, menyetrika, cuci piring, dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Dengan 3 anak balita yang super aktif dan usaha penyelesaian disertasi, kondisi ini cukup membuat saya kalang kabut. Apalagi ditambah dengan kemampuan manajemen waktu yang sangat kurang.
Sudah sebulan lebih pula, kami mencari pembantu rumah tangga, yang tentu saja harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Hasilnya sampai saat ini adalah nihil.... 0 besar.
Dengan kondisi ini, saya belajar banyak. Saya beruntung bahwa dari kecil kami telah diajar pekerjaan rumah tangga, kebersihan, dan kerapihan, sehingga dalam mengerjakannya saya tidak mengalami kesulitan. Saya juga dapat menilai kualitas pekerjaan pembantu sebelumnya. Dan tentu saja, ternyata mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengurus rumah tangga sendiri adalah suatu hal yang menyenangkan. Namun saya juga menjadi sadar bahwa manajemen waktu saya sangat buruk sekali. Saya tidak dapat mengatur pekerjaan sehingga menjadi lebih efisien...... kasihan sekali!!!!
Dampak lain adalah fiqi (6 tahun) dan sasa (4 tahun) menjadi lebih mandiri dan mampu melakukan beberapa pekerjaan dalam membantu saya mengurus rumah tangga. Mereka bisa mengurus sendiri barang-barang pirbadinya, mulai dari mandi, berpakaian, memperbaiki kamar dan tempat tidur, makan, dan juga merapikan mainan. Bahkan mereka membantu menyapu, cuci piring, dan membeli beberapa kebutuhan di warung. Walaupun agak sulit memotivasi mereka untuk mengerjakan hal tersebut. Sekarang ini mereka menjadi lebih bertanggung jawab.
Hanya ada hal yang akhirnya tertunda dan tak sangat sulit ku kerjakan adalah menyelesaikan disertasi untuk mendapatkan gelar doktor-ku. Selama ini konsenku adalah mengurus suami, mengasuh anak, dan menyelesaikan disertasi, dan selebihnya pekerjaan rumah tangga dilakukan oleh pembantu. Peran PRT ini sangat mendukung dalam aktivitas ku sebagai ibu rumah tangga dan sebagai mahasiswa, karena saat ini saya tidak mengambil jam mengajar karena konsen dalam mengasuh anak dan penyelesaian kuliah. Bukan hal yang mudah untuk mencari PRT seperti pembantu yang sebelumnya.
Sekarang saya menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga murni tanpa pembantu, dan dengan ini saya banyak belajar dan menyadari peran pembantu bagi saya. Kami menjadi makin menghargai peran pembantu secara umum dan juga peran pembantu kami yang lalu. Seharusnya memang kita lebih menghargai dan tidak memandang rendah peran pembantu rumah tangga itu.